Tugas Bahasa Indonesia Memahami Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial “Menjual Sembari Menjaga Nirwana"
Tugas 1
Memahami Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks
Opini/Editorial
8)
Bacalah
kembali teks dan tandailah kalimat utama yang ada dalam tiap paragraf.
Misalnya:

Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak
miring. Kalimat itu merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Sekarang,
carilah kalimat utama pada tiap paragraf dalam teks berikut.
(a)
Kalimat
utama paragraf kedua:
![]() |
(b)
Kalimat
utama paragraf ketiga:

(c)
Kalimat
utama paragraf keempat:

(d)
Kalimat
utama paragraf kelima:

(e)
Kalimat
utama paragraf keenam:

(f)
Kalimat
utama paragraf ketujuh:

(g)
Kalimat
utama paragraf kedelapan:

(h)
Kalimat
utama paragraf kesembilan:

(i)
Kalimat
utama paragraf kesepuluh:

9)
Pada
tugas ini kalian diharapkan dapat menangkap fungsi sosial teks opini melalui
pemahaman ciri kebahasaan yang ada dalam teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”
tersebut. Sebuah teks opini biasanya mengupas tuntas suatu masalah aktual
tertentu dengan tujuan memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan,
atau bisa juga sekadar menghibur pembacanya. Oleh sebab itu, bahasa yang
digunakan untuk mengekspresikan opini tersebut harus mengungkapan tujuan. Dalam
menyatakan sebuah informasi, kata-kata dipilih secara hati-hati untuk
mengekspresikan sikap dan sudut pandang penulis.
Setelah membaca
teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” itu dengan saksama, tergambar tujuan
penulis. Jelaskanlah bagaimana cara penulis teks mengungkapkan tujuannya
melalui teks opini/editorial.
Cara penulis
teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial adalah dengan
menggunakan bahasa opini yang mengekspresikan tujuan memberi tahu, memengaruhi,
dan meyakinkan pembacanya melalui pendapat-pendapat yang dikemukaan oleh
penulis teks disertai dengan alasan-alasan logis berdasarkan fakta.
Tujuan memberi
tahu tampak ketika penulis teks ingin memberi tahu kepada para pembaca bahwa
Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata, hanya
saja pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak memiliki kesadaran untuk
mengembangkan potensi pariwisata di Indonesia. Penulis teks juga ingin memberi
tahu pembaca tentang tempat-tempat wisata menakjubkan yang tidak begitu populer
seperti Bali, Yogyakarta, dan Danau Toba.
Tujuan
memengaruhi dan meyakinkan pembaca tampak ketika penulis teks menyampaikan
argumen-argumennya serta sedikit saran kepada pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Dalam hal ini, penulis teks menyampaikan fakta-fakta yang semakin
memperkuat opininya. Penulis teks menyalahkan sikap pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang tidak bisa mengelola pariwisata Indonesia dengan baik.
Justru, pariwisata Indonesia dikelola oleh pihak-pihak lain yang dengan
sukarela berniat mengembangkan pariwisata Indonesia. Penulis teks ingin
memengaruhi pikiran serta meyakinkan para pembaca akan kebenaran yang terjadi.
Sehingga diharapkan penulis teks dapat menerima banyak dukungan untuk menuju
Indonesia yang lebih baik lagi.
9)
Teks
opini memuat pendapat atau pandangan penulis yang biasanya diterbitkan pada
media cetak. Dalam sebuah teks opini terkandung subjektivitas, tidak hanya
fakta belaka. Dalam sebuah media cetak, artikel opini, surat pembaca, dan tajuk
rencana merupakan jenis teks opini. Artikel opini dan surat pembaca merupakan
pendapat pembaca terhadap suatu masalah, peristiwa, atau kejadian tertentu.
Sedangkan tajuk rencana, atau dikenal juga dengan istilah editorial merupakan
opini atau pendapat redaksi media cetak tersebut terhadap persoalan aktual,
fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis
pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan
sikap media yang bersangkutan. Berbeda dengan artikel opini yang ditulis
pembaca, sebuah tajuk rencana tidak mencantumkan nama penulisnya karena
merupakan suara lembaga.
Perhatikan
secara saksama teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” dan “Tentang Baik dan
Benar”. Apakah kedua teks tersebut adalah artikel opini yang ditulis seorang
pembaca atau editorial yang ditulis oleh redaksi media cetak?
(a)
Teks
“Menjual Sembari Menjaga Nirwana” adalah artikel editorial, karena teks
tersebut ditulis oleh redaksi media cetak yaitu Tempo. Teks “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana” berisi opini atau pendapat redaksi media cetak, Tempo,
terhadap persoalan pariwisata di Indonesia.
(b)
Teks
“Tentang Baik dan Benar” adalah artikel opini, karena ditulis oleh seorang
pembaca yaitu Agus Sri Danardana. Teks “Tentang Baik dan Benar” berisi opini
penulis tentang ketidakpahaman masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
10)
Satu
dari kedua teks tersebut adalah teks editorial. Sebuah teks editorial isinya
menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, olah raga, maupun hiburan.
Diskusikanlah dengan teman sekelas kalian bagaimana media cetak yang memuat
editorial tersebut menyikapi situasi aktual yang berkembang dalam masyarakat
berkaitan dengan persoalan yang diangkat dalam teks!
Teks
“Menjual Sembari Menjaga Nirwana” termasuk teks editorial yang dimuat oleh
media cetak Tempo. Media cetak Tempo menyebutkan bahwa problem utama dari tidak
berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi
yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun daerah masih lebih senang
mendapatkan uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam bukan dengan cara
mengelolanya. Atau secara tidak langsung media cetak Tempo menyalahkan
pemerintah pusat dan daerah termasuk pejabat korup atas persoalan yang terjadi.
Di
dalam teks tersebut, media cetak Tempo menginformasikan tentang beberapa surga
tersembunyi di Indonesia sekaligus menerangkan sebab-sebab tidak berkembangnya
pariwisata di Indonesia.
Media
cetak Tempo menyarankan agar pemerintah harus lebih serius memikirkan
program-program untuk membungkus potensi pariwisata Indonesia agar lebih
menarik serta membangun infastruktur dan sarana penunjang tempat pariwisata.
Media cetak Tempo juga menambahkan agar Bali, Yogyakarta, atau Danau Toba tidak
perlu dipromosikan besar-besaran. Sebaiknya tempat-tempat itu dibiarkan jalan
sendiri karena sudah banyak wisatawan yang mengetahuinya. Berbeda dibandingkan
beberapa tempat parwisata lain yang tidak dikenal luas oleh wisatawan.
Comments
Post a Comment