Tugas 3 Bahasa Indonesia Menganalisis Teks Cerita Fiksi dalam Novel "Laskar Pelangi"



Tugas 3
Menganalisis Teks Cerita Fiksi dalam Novel
2.        Setelah kalian mencari dan membaca berbagai informasi dari banyak sumber tentang novel Laskar Pelangi, tema apa yang kalian temukan dalam novel tersebut?
Tema yang kami temukan dalam novel Laskar Pelangi adalah kemiskinan yang melingkupi dunia pendidikan yaitu SD Muhammadiyah sebagai sekolah miskin yang serba kekurangan serta kemiskinan yang melingkupi dunia sosial yaitu sebagian besar masyarakat Belitong yang terlbelakang.

3.        Berbagai amanat telah disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang disuguhkannya dalam novel Laskar Pelangi. Berikut kalian akan diberikan beberapa kutipan yang bisa dimanfaatkan untuk menggali amanat yang disampaikan oleh pengarang. Bacalah kutipan berikut secara cermat. Kemudian temukan amanat apa yang disampaikan pengarang melalui beberapa kutipan tersebut.

4.        Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang, lalu diskusikanlah amanat yang kalian temukan dari kutipan di atas.
a.       Mendobrak kemiskinan melalui pendidikan menjadi cita-cita tokoh yang dibangun pengarang dalam novelnya. Pendidikan itu sangat penting, sebab akan menaikkan derajat seseorang, meskipun dengan segala keterbatasan. Hal ini dapat terlihat dari kutipan nomor 3) Ayahnya telah melepaskan belut licin itu, dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan (Laskar Pelangi, 2007:10), dan nomor 4) Agaknya selama turun-temurun keluarga laki-laki cemara angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak laki-laki tertuanya, Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya. Lintang akan duduk di samping pria kecil berambut ikal yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap hari naik sepeda (Laskar Pelangi, 2007:11).
b.      Berpikir pada hal-hal positif memang memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan yang bisa membuat segala yang tak mungkin menjadi mungkin. Oleh karena itu, akan lebih baik jika pikiran dan perasaan negatif seperti pesimis dihilangkan. Seperti yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi kutipan nomor 7 berikut: 7) Tahun lalu SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Maka diam-diam dia telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para orang tua murid pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa mereka hanya memerlukan satu siswa lagi untuk memenuhi target itu menyebabkan pidato ini akan menjadi sesuatu yang menyakitkan hati.... “Baru sembilan orang, Pamanda Guru...” ucap Bu Mus bergetar sekali lagi.... Akhirnya, waktu habis karena telah pukul sebelas lewat lima dan jumlah murid tak juga genap sepuluh. Semangat besarku untuk sekolah perlahan-lahan runtuh. Aku harus melepaskan lengan ayah dari pundakku. Sahara menangis terisak-isak mendekap ibunya karena ia benar-benar ingin sekolah di SD Muhammadiyah.... Pak Harfan berdiri di depan para orang tua, wajahnya muram. Beliau bersiap-siap memberikan pidato terakhir. Wajahnya tampak putus asa. Namun ketika beliau akan mengucapkan kata pertama Assalamualaikum seluruh hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu. “Harun!” (Laskar Pelangi, 2007:5-7)
c.       Menjadi orang yang bermanfaat dan memiliki pengaruh baik bagi sesama adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh tiap orang, layaknya Pak Harfan di mata anak-anak Laskar Pelangi pada kutipan nomor 14 yaitu: 14) ....Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apa pun. Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kerukunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsi yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya. (Laskar Pelangi, 2007:23-24)


5.        Apakah kalian telah membaca novel Laskar Pelangi ini secara utuh? Lantas, apakah kalian menemukan amanat yang lainnya dari novel tersebut?
Ya, saya telah membaca novel Laskar Pelangi secara utuh. Saya menemukan amanat yang lainnya dari novel tersebut, yakni:
·                     Jangan mudah menyerah atau putus asa pada keadaan
Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di dalamnya tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak belajar.
·                     Jalani hidup dengan penuh syukur
Allah SWT telah memerintahkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya. Artinya kita harus pandai-pandai bersyukur. Bagaimanapun keadaan hidup, kaya atau miskin, sehat atau sakit, benar atau salah, baik atau buruk, semuanya harus disyukuri. Dengan bersyukur, kita akan lebih menghargai hidup dan dapat melewatinya dengan bahagia. Justru jika tidak bersyukur, hidup akan dipenuhi dengan kessengsaraan dan kesusahan karena manusia memang tidak pernah merasa cukup.
·                     Jauhi sifat pesimis
Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka. Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di atas. Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk bisa seperti orang itu atau bahkan bisa lebih baik lagi. Contohnya pada novel ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah baik (SD PN).
·      Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
Dalam novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan  kompas yang menunjukkan kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di sebuah kampug kecil.

6.        Berikut akan diberikan penokohan yang terdapat dalam novel. Tugas selanjutnya adalah menyebutkan nama tokoh yang dimaksud, serta temukanlah bukti pendukungnya dari novel Laskar Pelangi tersebut. Kalian juga dapat menambahkan penokohan dari sebelas tokoh anggota Laskar Pelangi jika kalian menemukannya, tentu saja beserta bukti kutipannya.
No.
Penokohan
Nama Tokoh
Kutipan Pendukung
1.
Anak lelaki yang menunjukkan minat besar untuk bersekolah-karena harus menempuh jarak 80 kilometer setiap hari agar bisa bersekolah. Ia adalah seorang anak yang genius dan menjadi teman sebangku Ikal Ia memiliki citacita menjadi ahli matematika. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin dan harus menanggung 14 jiwa anggota keluarganya.
Lintang
a)      Lintang akan duduk di samping pria kecil berambut ikal yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap hari naik sepeda. Jika panggilan nasibnya harus menjadi nelayan, biarkan jalan kerikil batu merah empat puluh kilometer mematahkan semangatnya (Laskar Pelangi, 2007:13).
b)      Mendengar keputusan itu Lintang meronta-ronta ingin segera masuk kelas. Ayahnya berusaha keras menenangkannya, tapi ia memberontak, menepis pegangan ayahnya, melonjak, dan menghambur ke dalam kelas mencari bangku kosongnya sendiri. Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belur yang licin itu, dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan. (Laskar Pelangi, 2007:10)
2.
Anak lelaki bertubuh
kurus dan berminat
besar pada seni.
Mahar
a)      ....Mahar memulai intro lagunya dengan memainkan melodi ukulele yang mendayu-dayu, ukulele itu dipeluknya dengan sendu, matanya terpejam, dan wajahnya syahdu penuh kesedihan yang mengharu biru, pias menahankan rasa.
b)      Mahar memiliki hampir setiap aspek kecerdasan seni yang tersimpan seperti persediaan amunisi kretivitas dalam lokus-lokus kepalanya.
3.
Anak lelaki keturunan
Tionghoa yang menganggap Mahar adalah guru baginya.
A Kiong
a)      Tingkah ini diikuti Sahara yang sengaja menumpahkan air minum A Kiong sehingga anak Hokian itu menangis sejadi-jadinya seperti orang ketakutan dipeluk setan.
b)      Hal 161
4.
Anak lelaki ini digambarkan sebagai tokoh “aku” dalam cerita. Ia berminat pada sastra dan selalu mendapat peringkat kedua setelah Lintang.
Ikal
a)      Aku dan Lintang sebangku karena kami sama-sama berambut ikal. (Laskar Pelangi, 2007: 13)
b)      Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan yang memesona dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis.
5.
Sang ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar
Pelangi yang menderita rabun jauh.
Kucai
a)      .......ternyata lemot bukan main, namanya kucai. Kucai sedikik tak beruntung. Kekurangan gizi yang parah ketika kecil mungkin menyebabkan ia menderita miopia alias rabun jauh.......
b)      Sebaliknya, ia memiliki kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori, dan sok tahu.
6.
Seorang anak perempuan tomboi yang berasal dari keluarga kaya, serta peserta terakhir Laskar Pelangi.
Flo
a)      Setiap hari beliah berusaha memperempuankan Flo antara lain dengan memaksanya kursus piano.
b)      Bapak Flo adalah orang hebat,.....Ia adalah salah satu segelintir orang Melayu asli Belitong yang berhak tinggal di Gedong.
7.
Anak lelaki tampan yang pintar dan baik hati. Ia sangat mencintai ibunya.
Trapani
a)      Si rapi jali ini adalah maskot kelas kami. Seorang perfeksionis berwajah seindah rembulan...Meskipun rumahnya dekat dengan sekolah tapi sampai kelas tiga ia masih diantar jemput ibunya. Ibu adalah pusat gravitasi hidupnya. Trapani agak pendiam, otaknya lumayan, dan selalu menduduki peringkat ketiga.
b)      Pada saat itu rupanya Trapani telah mengambil keputusan lain. Ia tak datang ke dermaga karena ia tak mampu meninggalkan ibunya.
8.
Anak lelaki yang memiliki
keterbelakangan mental.
Harun
a)      Harun adalah seorang pria santun, pendiam, dan murah senyum. Ia juga merupakan teman yang menyenangkan.
b)      Pria tersebut adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua, yang sudah berusia lima belas tahun dan agak terbelakang mentalnya.
9.
Satu-satunya tokoh perempuan dalam kelompok
ini-sebelum Flo bergabung. Ia adalah gadis yang keras kepala. Ia digambarkan sebagai gadis yang pintar dan ramah.
Sahara
a)      Lalu ada Sahara, satu-satunya hawa di kelas kami....sifatnya yang utama: penuh perhatian dan kepala batu......Sahara sangat tempramental, tapi ia pintar......Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran.
b)      N. A. Sahara Aulia Fadhillah binti K.A. Muslim Ramdhani, Gadi skecil berkerudung itu memang keras kepala luar biasa.
10.
Tokoh lain yang digambarkan sebagai anak nelayan yang ceria.
Syahdan
a)      Lalu Syahdan pun, yang memang berpembawaan ceria, kali ini terlihat sangat gembira.
b)      Syahdan selalu riang menerima tugas apa pun, termasuk menyiram bunga, asalkan dirinya dapat menghindarkan diri dari pelajaran di kelas.
11.
Ia selalu menjaga citranya sebagai lelaki jantan.
Borek
a)      Aku paham apa yang terjadi. Samson malu mengakui bahwa ia bersembunyi di bawah ketiak Syahdan. Ia tak ingin citranya sebagai proa macho hancur karena ketakutan nonton sebuah film.
b)      Sejak saat itu borek tidak tertarik lagi dengan hal lain dalam hidup ini selain ssesuatu yang berhubungan dengan upaya membesarkan ototnya. Karena latihan keras ia berhasil mendapat julukan Samson.
12.
Ia memiliki tekad untuk mengobarkan pendidikan Islam. Ia rela di bayar dengan upah 15 kilo beras untuk sekolah Muhammadiyah.
Bu Mus
a)      N. A. Muslimah Hafsari Hamid binti K. A. Abdul Hamid, atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Namun, beliau bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya-K.A. Abdul Hamid, pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong-untuk terus mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya kesulitan hidup tak terkira, karena kami kekurangan guru-lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?

7.        Tugas kalian adalah menemukan sudut pandang penceritaan dalam novel Laskar Pelangi ini. Apakah kalian menemukan kedua sudut pandang itu?  
No.
Sudut Pandang
Kutipan dari Novel Laskar Pelangi
1.
Sudut pandang orang pertama
a.       Dalam perjalanan pulang aku dengan sengaja melanggar perjanjian. Setelah kuburan Tionghoa, aku tak meminta Syahdan menggantikanku. (Laskar Pelangi, 2007:213).
b.       Umumnya Bu Mus mengelompokkan tempat duduk kami berdasarkan kemiripan. Aku dan Lintang sebangku karena kami sama-sama berambut ikal. (Laskar Pelangi, 2007:13-14)
c.       Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak. (Laskar Pelangi, 2007:7-8)
d.      Bau hangus yang kucium tadi ternyata adalah bau sandal cunghai, yaitu sandal yang dibuat dari ban mobil, yang aus karena Lintang terlalu jauh mengayuh sepeda. (Laskar Pelangi, 2007:11)
e.       Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan. Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit. (Laskar Pelangi, 2007:17—18)
2.
Sudut pandang orang ketiga
a.       Trapani tak tertarik dengan kelas, ia mencuri-curi pandang ke jendela, melirik kepala ibunya yang muncul sekali-sekali di antara kepala orang tua lainnya. (Laskar Pelangi, 2007:13-14)
b.       Ia memperlihatkan bakat kalkulus yang amat besar dan keahliannya tidak hanya sebatas menghitung guna menemukan solusi, tetapi ia memahami filosofi operasi-operasi matematika dalam hubungannya dengan aplikasi seperti yang dipelajari para mahasiswa tingkat lanjut dalam subjek metodolgi riset (Laskar Pelangi, 2007:119).
c.       Mendengar keputusan itu Lintang merontak-ronta ingin segera masuk kelas. Ayahnya berusaha keras menenangkannya, tapi ia memberontak, menepis pegangan ayahnya, melonjak, dan menghambur ke dalam kelas mencari bangku kosongnya sendiri. Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu, dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan. (Laskar Pelangi, 2007:10)
d.      Sahara berdiri tegak merapikan lipatan jilbabnya dan meyandang tasnya dengan gagah, ia tak mau duduk lagi. Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras. (Laskar Pelangi, 2007:7-8)
e.       Tahun ini beliau menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak lakilaki tertuanya, Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya. Lintang akan duduk di samping pria kecil berambut ikal yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap hari naik sepeda. Jika panggilan nasibnya memang harus menjadi nelayan, biarkan jalan kerikil batu merah empat puluh kilometer mematahkan semangatnya. (Laskar Pelangi, 2007:11)

8.      Identifikasikanlah permasalahan yang kalian temukan dalam novel Laskar Pelangi ini.
a)      Permasalahan pertama yang ditemukan adalah hampir ditutupnya SD Muhammadiyah karena kekurangan murid.
b)      Harun, anak yang mempunyai kelainan mental tidak bisa sekolah di SLB yang hanya ada di Pulau Bangka, sedangkan keluarganya tidak mampu untuk menyekolahkannya disana.
c)      SD Muhammadiyah kekurangan guru dan sebagian besar siswanya ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam.
d)     SD Muhammadiyah juga tak punya kotak P3K. Padahal muridnya sering tekena sakit seperti, diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal.
e)      Adanya kasta antara rakyat miskin dan kaya, misalnya antara SD PN Timah dan SD Muhammadiyah.
f)       Ayah Lintang ragu untuk mengijinkan anaknya sekolah, karena agaknya selama turun-temurun keluarga Lintang tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas Melayu yang menjadi nelayan.
g)      Keterbatasan ekonomi para keluarga dari siswa SD Muhammadiyah yang menyebabkan tidak adanya dana untuk SD Muhammadiyah.
h)      SD Muhammadiyah tidak pernah mendapatkan juara di lomba tujuh belasan.
i)        Teman-teman Lintang kesulitan dalam membaca kosakata bahasa Inggris.

9.      Kemudian, solusi apa yang disuguhkan pengarang atas permasalahan yang terjadi? Uraikanlah jawaban kalian.
a)      Permasalahan pertama yang ditemukan adalah hampir ditutupnya SD Muhammadiyah karena kekurangan murid. Kemudian, keadaan ini terselamatkan oleh kedatangan Harun yang menjadi murid kesepuluh di SD itu.
b)      Ibu Harun menyekolahkan Harun ke SD Muhammadiyah dan akhirnya ia diterima sekolah disana, bahkan ia menjadi penyelamat hampir di tutupnya SD Muhammadiyah.
c)      Selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelajara-mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga.
d)     Guru SD Muhammadiyah akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit.
e)      SD Muhammadiyah beberapa kali mengalahkan SD PN Timah dalam beberapa lomba, ini membuktikan bahwa rakya miskin tetap bisa berprestasi walaupun ekonominya kurang.
f)       Tetapi tahun ini beliau (Ayah Lintang) menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak laki – laki tertuanya, Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya. Lintang pun segera  menghambur ke dalam kelas mencari bangku kosongnya sendiri.
g)      SD Muhammadiyah tidak meminta dana kepada wali murid, sekolah ini dibiayai oleh para gurunya sendiri dan kadang mendapat bantuan dari kota.
h)      Bu Mus menunjuk Mahar sebagai ketua tim dan akhirnya Mahar bisa membawa teman-temannya meraih kejuaraan.
i)        Lintang memberi solusi bahwa pada dasarnya kata apapun adalah kata benda, kata sifat, kata kerja dan kata keterangan, bukan masalah bahasa yang sulit namun masalah cara berpikir.

10.  Lengkapilah struktur teks novel Laskar Pelangi yang terdapat dalam kolom berikut.
No.
Struktur Teks
Peristiwa
1.
Abstrak
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang rindang meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku memeluk pundakku dengan kedua lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk pada setiap orang tua dan anak-anaknya yang duduk berderet-deret di bangku panjang lain di depan kami. Hari itu ada hari yang agak penting: hari pertama masuk SD (Laskar Pelangi, 2007:1).
2.
Orientasi
2) Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan.
Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit. (Laskar Pelangi, 2007:17—18)
3.
Komplikasi
Awal Konflik:
7) Tahun lalu SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Maka diam-diam dia telah mempersiapkan sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para orang tua murid pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa mereka2 hanya memerlukan satu siswa lagi untuk memenuhi target itu menyebabkan pidato ini akan menjadi sesuatu yang menyakitkan hati.
“Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan pada Bu Mus dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening. Para orang tua mungkin menganggap kekurangan satu murid sebagai pertanda bagi anak-anaknya bahwa mereka memang sebaiknya didaftarkan pada para juragan saja. Sedangkan aku dan agaknya anak-anak yang lain merasa amat pedih: pedih pada orang tua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan detik-detik terakhir sebuah sebuah sekolah tua yang tutup justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid. Kami menunduk dalam-dalam.
Saat ini sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin gundah. Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga puluh dua tahun pengabdian tanpa pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan berakhir di pagi yang sendu ini.
“Baru sembilan orang, Pamanda Guru...” ucap Bu Mus bergetar sekali lagi. Ia juga sudah tak bisa berpikir jernih. Ia berulang kali mengucapkan hal yang sama yang telah diketahui semua orang. Suaranya berat selayaknya orang yang tertekan batinnya.
Klimaks:
Akhirnya, waktu habis karena telah pukul sebelas lewat lima dan jumlah murid tak juga genap sepuluh. Semangat besarku untuk sekolah perlahan-lahan runtuh. Aku harus melepaskan lengan ayah dari pundakku. Sahara menangis terisak-isak mendekap ibunya karena ia benar-benar ingin sekolah di SD Muhammadiyah. Ia memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, dan baju, serta telah punya buku-buku, botol air minum, dan tas punggung yang semuanya baru.
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu per satu. Sebuah pemandangan yang pilu. Para orang tua menepuk-nepuk bahunya untuk membesarkan hatinya. Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri di depan para orang tua, wajahnya muram. Beliau bersiap-siap memberikan pidato terakhir. Wajahnya tampak putus asa....
Antiklimaks:
....Namun ketika beliau akan mengucapkan kata pertama Assalamualaikum seluruh hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu. “Harun!” (Laskar Pelangi, 2007:5-7)
4.
Evaluasi
8) “Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku....”
Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak. Sahara berdiri tegak merapikan lipatan jilbabnya dan meyandang tasnya dengan gagah, ia tak mau duduk lagi. Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras. (Laskar Pelangi, 2007:7-8)
9) Mendengar keputusan itu Lintang merontak-ronta ingin segera masuk kelas. Ayahnya berusaha keras menenangnenangkannya, tapi ia memberontak, menepis pegangan ayahnya, melonjak, dan menghambur ke dalam kelas mencari bangku kosongnya sendiri. Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu, dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan. (Laskar Pelangi, 2007:10)
5.
Resolusi
11) Umumnya Bu Mus mengelompokkan tempat duduk kami berdasarkan kemiripan. Aku dan Lintang sebangku karena kami sama-sama berambut ikal. Trapani duduk dengan Mahar karena mereka berdua paling tampan. Penampilan mereka seperti para pelantun irama semenanjung idola orang Melayu pedalaman. Trapani tak tertarik dengan kelas, ia mencuricuri pandang ke jendela, melirik kepala ibunya yang muncul sekali-sekali di antara kepala orang tua lainnya. Tapi Borek dan Kucai didudukkan berdua bukan karena mereka mirip, tapi karena sama-sama susah diatur. Baru beberapa saat di kelas, Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan penghapus papan tulis. Tingkah ini diikuti Sahara yang sengaja menumpahkan air minum A Kiong sehingga anak Hokian itu menangis sejadi-jadinya seperti orang ketakutan dipeluk setan. N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah, gadis kecil berkerudung itu, memang keras kepala luar biasa. Kejadian ini menandai perseteruan mereka yang akan berlangsung akut bertahun-tahun. Tangisan A Kiong nyaris merusak acara perkenalan yang menyenangkan pagi ini. (Laskar Pelangi, 2007:13-14)
12) Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal gatal, maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih, berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa menyembuhkan segala rupa penyakit. (Laskar Pelangi, 2007:17-18)
13) Pak Harfan menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat. Ada semacam pengaruh yang lembut dan baik terpancar darinya.
Ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas samudra, bijak, berani mengambil risiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari-cari bagaimana cara menjelaskan sesuatu agar setiap orang mengerti. (Laskar Pelangi, 2007:23)
6.
Koda
14) Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga. Lalu membisikkan sesuatu di telinga kami, menyitir dengan lancar ayat-ayat suci, menantang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih merindu, indah sekali.
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apa pun. Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kerukunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsi yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya. (Laskar Pelangi, 2007:23-24)

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Teks Pewara / Pranatacara dalam Bahasa Jawa

Tugas SBK : Contoh Nirmana Titik, Garis, Bidang, Gempal, dan Tekstur

Tugas Bahasa Indonesia Memahami Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial “Menjual Sembari Menjaga Nirwana"