Tugas 1 Bahasa Indonesia Mengevaluasi Struktur Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Tugas 1
Mengevaluasi Struktur Teks Cerita Fiksi
dalam Novel
(1) Dalam novel Laskar Pelangi banyak dijumpai
metafora, metonimia, dan simile. Metafora merupakan perumpamaan yang membandingkan
benda dengan melukiskan secara langsung atas dasar sifat
yang sama. Metonimia merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata
tertentu
sebagai
pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang
begitu dekat.
Sedangkan simile disebut juga persamaan, merupakan
perbandingan
yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu
sama dengan hal
yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata
pembanding seperti,
seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.
Kata pembanding
tersebut digunakan untuk menggambarkan bahwa satu hal yang sedang dibicarakan
mempunyai kesamaan dengan hal lain d luar yang dibicarakan.
Tugas kalian
adalah menentukan perumpamaan atau gaya bahasa yang
tepat untuk
beberapa kutipan berikut ini.
No.
|
Kutipan dari Novel Laskar Pelangi
|
Gaya Bahasa
|
1.
|
Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu
sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini menjelma menjadi sekuntum
crinum gigantium. Sebab tiba-tiba ia mekar sumringah dan
posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu. Kerudungnya juga berwarna
bunga crinum, demikian pula bau bajunya, persis crinum yang
mirip bau vanili (LP, 2007:9).
|
Metafora
|
2.
|
Kulihat lagi pria cemara angin itu
(LP, 2007:13).
|
Metonimia
|
3.
|
Ketika aku menyusul Lintang ke dalam
kelas, ia menyalamiku dengan kuat seperti pegangan
calon mertua yang menerima pinangan (LP, 2007:12).
|
Simile
|
4.
|
Para mayoret cantik, bertubuh ramping
tinggi, dengan senyum khas yang dijaga keanggunannya, meliuk-liuk laksana burung
merak yang sedang memamerkan ekornya (LP, 2007:236).
|
Simile
|
5.
|
Betapa susahnya menjejalkan ilmu ke
dalam kepala alumuniumnya (LP, 2007:68).
|
Metonimia
|
6.
|
Dalam hatiku, jika berani macam-macam
pastilah jemarinya seperti patukan burung bangau menusuk
kedua bola mataku dengan gerakan kuntau yang tak terlihat (LP, 2007:204).
|
Simile
|
7.
|
Si rapi jali ini adalah maskot kelas kami (LP, 2007:74).
|
Metonimia
|
8.
|
Di bangku itu ia seumpama balita
yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun lagi
(LP, 2007:10).
|
Simile
|
9.
|
Lintang adalah mercu suar.
Ia bintang petunjuk bagi pelaut di samudera (LP, 2007:431).
|
Metonimia
|
10.
|
Suaranya berat selayaknya orang
yang tertekan batinnya (LP, 2007:6).
|
Simile
|
11.
|
Setiap katanya adalah beban
berat puluhan kilo yang ia seret satu per satu (LP, 2007:353).
|
Metafora
|
12.
|
Pak Harfah menceritakan semua itu
dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan angin
pagi (LP, 2007:23).
|
Metonimia
|
13.
|
Kotak kapur dikeluarkan melalui sebuah
lubang persegi empat seperti kandang burung merpati (LP,
2007:203).
|
Simile
|
14.
|
Kami seperti sekawanan
tikus yang paceklik di lumbung padi (LP, 2007:39).
|
Simile
|
15.
|
Sejak seminggu yang lalu aku telah
menjadi sekuntum daffodil yang gelisah (LP, 2007:249).
|
Metafora
|
16.
|
Rupanya si kuku cantik sembrono
(LP, 2007:208).
|
Metonimia
|
17.
|
Di tengah pusaran itu kami bertempur
habis-habisan dalam sebuah ritual liar Afrika yang kami tarikan seperti binantang
buas yang terluka (LP, 2007:245).
|
Simile
|
18.
|
Surat ini untukmu, rambut ikal (LP,
2007:280).
|
Metonimia
|
19.
|
Aku kebanjiran salam dari
sepupu-sepupuku untuk disampaikan pada laki-laki muda flamboyan
ini (LP, 2007:75).
|
Metonimia
|
20.
|
Dunia baginya hitam putih dan hidup
adalah sekeping jembatan papan lurus yang harus dititi (LP,
2007:68).
|
Metafora
|
(2)
Dalam novel Laskar Pelangi banyak terdapat bahasa asing yang
telah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Tugas kalian adalah mencari
padanan kata dari bahasa asing yang diberikan dalam bahasa Indonesia.
No.
|
Kutipan dari Novel Laskar Pelangi
|
Padanan Kata
|
1.
|
Hasil
akhirnya adalah sebuah drama seru pertarungan massal antara manusia melawan
binatang dalam alam Afrika yang liar, sebuah karya yang memukau, master
piece Mahar (LP, 2007:229).
|
‘karya
kebanggaan’ |
2.
|
Aku
memiliki minat besar pada seni, akan membuat sebuahperforming art bersama
para sahabat karib (LP, 2007:64).
|
'seni
pertunjukkan'
|
3.
|
Bahkan
para kuli panggul yang memikul karung jengkol tiba-tiba bergerak penuh
wibawa, santun, lembut, dan berseni, seolah mereka sedang memperagakan busana
Armani yang sangat mahal di atas catwalk (LP, 2007:212).
|
‘panggung’
|
4.
|
Ia
tidak punya sense of fashion sama sekali (LP, 2007:67).
|
'selera
berpakaian'
|
5.
|
Sebagai
Mollen Bas beliau sanggup mengendalikan shift ribuan
karyawan, memperbaiki kerusakan kapal keruk yang tenaga-tenaga ahli asing
sendiri sudah menyerah, dan mengendalikan aset produksi miliaran dolar (LP,
2007:47).
|
'pergiliran'
|
6.
|
Ia
tampil laksana para event organizer atau para seniman, atau
mereka yang menyangka dirinya seniman (LP, 2007:229).
|
'penyelenggara
acara'
|
7.
|
Jika
makan, orang urban ini tidak mengenal appetizer sebagai
perangsang selera, tak mengenal main course, ataupun dessert (LP,
2007:53).
|
'makanan
pembangkit selera' 'makanan utama', 'makanan pencuci mulut'
|
8.
|
Wilayah
ini merupakan blank spot untuk frekuensi walky talkysehingga
suara “kemerosok” yang sedikit menghibur dari alat itu sekarang mati dan
tempat ini segera menjadi mencekam (LP, 2007:326).
|
‘area
yang tidak bisa dijangkau’
'radio
dua arah'
|
9.
|
Seorang
penyanyi pop yang melakukan konser khusus untuk para ibu single
parent (LP, 2007:134).
|
'orang
tua tunggal'
|
10.
|
Mereka
semuanya seolah bergerak seperti dalam slow motion, demikian
indah, demikian anggun (LP, 2007:212).
|
'gerak
lambat'
|
(3) Dalam kutipan di atas, pengarang menggunakan bahasa
daerah untuk membangun percakapan. Hal ini berbeda dengan soal nomor (2) yang
telah kalian kerjakan. Di sana pengarang menggunakan
istilah asing yang sesungguhnya telah ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
(a) Apakah fungsi istilah asing yang telah ada
padanan katanya tersebut digunakan pengarang dalam karyanya?
Penulis ingin menarik minat pembaca dengan menggunakan bahasa yang menarik pula. Bahasa asing sudah
lazim digunakan dalam karya sastra termasuk novel, karena bahasa asing memberi
kesan tersendiri bagi pembaca. Penulis ingin menyajikan sesuatu yang lebih praktis.
Dengan menggunakan bahasa asing,
beberapa kata dalam bahasa Indonesia menjadi lebih singkat dan lebih familiar
di telinga masyarakat modern sehingga mereka lebih tanggap dalam mencerna
maknanya. Tetapi, ada segolongan masyarakat yang akan kesulitan terhadap
penyisipan bahasa asing dalam novel.
(b) Bagaimana pula dengan fungsi penggunaan bahasa
daerah?
Bahasa adalah komponen
utama dalam mengekspresikan imajinasi dan gagasan penulis dalam karya
sastranya. Untuk bisa mengekspresikan gagasan, pikiran, imajinasi, dan
perasaan, bahasa diolah dan disajikan sedemikian rupa secara kreatif hingga
sastra yang tercipta dengan unsur estetis. Bahasa daerah sendiri juga memiliki
ciri khas tersendiri dalam membuat sastra menjadi lebih menarik.
Sayangnya,
bahasa daerah hanya dimengerti oleh sekelompok orang tertentu saja. Bagi orang
lain yang tidak berasal dari daerah Melayu misalnya, akan kesulitan bahkan
tidak mengerti sama sekali dalam mencerna maknanya.
(4) Diskusikan pula pendapat kalian mengenai beberapa kutipan berikut yang memperlihatkan
pengimbuhan pada istilah asing.
1.
Tak disangsikan, jika di-zoom out, kampung kami adalah kampung
terkaya di Indonesia (LP, 2007:49).
2.
Namun, jika di-zoom in, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia
tertimbun di dalam batas tembok-tembok tinggi Gedong (LP, 2007:49).
3.
Caranya ber-make up jelas memperlihatkan dirinya sedang
bertempur mati-matian melawan usia... (LP, 2007:60).
Istilah asing digunakan pengarang untuk menarik minat pembaca serta
menambah wawasan pembaca tersebut. Pasti ada beberapa istilah asing yang tidak
diketahui pembaca sehingga pembaca tersebut akhirnya mengetahui artinya dan
wawasan katanya bertambah. Kata zoom in,
zoom out, make up bagi masyarakat modern sudah sering didengar dan
dimengerti. Namun pasti ada pembaca yang kurang pengetahuannya tidak mengerti
kata tersebut. Pengarang saat ini lebih menyukai bahasa yang praktis dan bahasa
yang makin sering digunakan oleh masyarakat zaman sekarang.
(5)
Munculnya kata sapaan
dalam sebuah komunikasi selalu ditentukan oleh berbagai faktor yang berkaitan
dengan penutur, kawan bicara, dan situasi penuturan. Faktor tersebut antara
lain situasi (resmi atau tidak resmi), etnik, kekerabatan, status (lebih tinggi,
sederajat, atau lebih rendah, usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
daerah asal).
Dalam novel Laskar
Pelangi terlihat beberapa kata saapan, seperti pamanda, ananda, ayahanda,
ibunda, pak cik, cicik, dan sebagainya. Carilah bentuk kata sapaan yang sering
kalian temukan dalam keseharian dan sebutkan kepada siapa kata sapaan itu
ditujukan. Kemudian buatlah kalimat yang menggunakan kata
sapaan tersebut, seperti pada tabel di bawah ini.
No.
|
Kata Sapaan
|
Orang yang
Dituju |
Contoh dalam Kalimat
|
1.
|
Ayah/Abi/Abah
|
‘orang
tua laki-laki’
|
Ayah
tidak pernah lelah dalam mencari nafkah.
|
2.
|
Ibu/Umi/Ambu
|
‘orang
tua perempuan’
|
Masakan
Ibu adalah masakan terenak di dunia.
|
3.
|
Paman
|
'adik
laki-laki dari ayah/ibu'
|
Kami
mengunjungi rumah Paman lebaran tahun lalu.
|
4.
|
Bibi
|
'adik
perempuan dari ayah/ibu'
|
Rumah
Bibi Ririn terletak di Malang dekat Matos.
|
5.
|
Kakek/Opa
|
'orang
tua laki-laki dari ayah/ibu'
|
Kakek
telah pergi menuju surga 10 tahun yang lalu.
|
6.
|
Nenek/Oma
|
'orang
tua perempuan dari ayah/ibu'
|
Nenek
mengenang kepergian Kakek.
|
7.
|
Om
|
'kakak/adik
laki-laki dari ayah/ibu'
|
Aku
belajar bela diri dari Om Arif sejak SD.
|
8.
|
Tante
|
'kakak/adik
perempuan dari ayah/ibu'
|
Saat
ini, Tante Mia yang mengantar jemput aku.
|
9.
|
Mas/Aa
|
'kakak
laki-laki'
|
Mas
Haikal menegur adik kelasnya.
|
10.
|
Mbak/Teteh
|
'kakak
perempuan'
|
Mbak
Oniq sangat jago bermain bola basket.
|
Jawaban sesat
ReplyDelete