Laporan Analisis Cerpen “Sulaiman Pergi Ke Tanjung Cina”
Tugas 1 Memahami Karakter Cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina”
(1)
Buatlah
struktur teks cerita pendek “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” di atas ke dalam
kolom yang tersedia.
No.
|
Struktur Teks
|
Keterangan
|
1.
|
Abstrak
|
Definisi :
Abstrak merupakan ringkasan atau inti
cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian peristiwa di dalam cerpen.
Tahapan ini bersifat opsional sehingga bisa saja
suatu cerpen tidak melalui tahapan ini. Namun alangkah baiknya jika suatu
cerpen memiliki tahap ini.
Kalimat dalam teks :
Kemilau emas memancar saat Zhu membentangkan benang emas di sudut kain
pelepai. Sinar perak jarum di tangannya menyulan satu kehidupan tajam yang
menusuk. Udara Danau Menjukut berbau bunga kpi, bertiup perlahan memasuki
rongga hati, dan menghempas dada Zhu pada barisan awan di langit menuju ke
arah laut, kearah pantai, ke arah Teluk Tanjung Cina. Di sanalah Sulaiman,
lelaki yang telah menebas separuh umurnya, telah terkubur dan pergi.
“Sulaiman. Sulaiman. Itulah Zhu, dan aku bicara padamu!”
Bukit Barisan Selatan yang memanjang bergelombang seperti hidup,
karang-karang yang menjorok runcing dan tegak menuju kearah perih laut
Hindia, dri Krui hingga Pulau Betuah. Dan bunga-bunga kopi, dan pucuk-pucuk
damar, dan awan awan biru-semua jelmaan tanah Tuhan ini, semata tercipta
untuk kesetiaan cinta pada Sulaiman.
Kegembiraan separuh umur, dan kesedihan pada ujung hidupnya,
menciptakan runcing jari-jari Zhu pandai menari. Menari dan bernyanyi di atas
hamparan kain sulaman. Menyerut seluruh jiwa sedih, yang gembira, yang mabuk,
dan putus asa. Lautan asmara,nyanyian cinta, kerinduan perih, dan pujian
kepada tanah tempat lelakinya terkubur. Ia menyeru diatas sehelai kain
pelepai, menggambar pola-pola yang rumit, dan membayangkan seluruh dirinya
masuk. Menjadi naga yang menggerakkan seluruh gelombang tanah, bukit,
gunung-gunung, menjadi liukan benang-benang emas dan rajutan benang-benang
perak yang berkelit dan berkelindahan dalam gulungan warna aroma ombak, hijau
daun, putih awan.
Ada merah api cinta yang semerbak di sana, ada kuning sejarah yang
membentang di atas helai pelepai setelah dicipta berhari-hari. Begitu indah,
dan selalu; delapan belas hari kemudian ia akan berjalan dari Danau Menjukut
ke arah nukit. Mencari angin yang bisa menyampaikan gema suaranya ke arah
laut. Mencari temapat di mana ia bebas memandang pada titik pantai Tanjung
Cina, yang diapit Selat Sunda serta Samudera Hindia. Di atas batu ia selalu
akan meniru gerak laut, mengibarkan kain tapis dan berteriak gembira.
“Sulaiman. Sulaiman.
Itulah kain tapismu yang ke 340! Akulah Zhu, istrimu. Perempuan yang telah
menciptakan tarian sulaman benang dari separuh jiwaku. Dan kini aku bicara
padamu! Sulaiman. Sulaiman. Itulah Zhu, dan aku bicara padamu!”
|
2.
|
Orientasi
|
Definisi :
Orientasi berisi pengenalan tokoh dan
latar cerita yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya
peristiwa dalam cerpen. Latar digunakan oleh pengarang untuk
menghidupkan ceritanya sehingga lebih berkesan kepada pembaca. Selain itu
tokoh dan penokohan juga mulai tergambar pada tahap ini. Biasanya penulis
bercerita dengan detil di bagian ini.
Kalimat dalam teks :
Setiap puncak Krakatau menyembul saat gelobang laut surut di pagi
hari. Maka akan terliat ibuan waet terbang berputar putar mencari keangatan
perpaduan kepudan dan matahari yang keangatan udaranya mungkin tidak akan
pernah ditemukan dibenua manapun.lalu menjelang sepenggalah hari, gerombolan
hitam ribuan burung laut yang gesit itu akan bergerak cepat memintas selat
menuju teluk lampu dan teluksemangka. Disanalah suga dari segala keriangan
makhluk hitam itu tersedia, dari pagi hingga petang. Dari rantai makanan
hingga kenyamanan angin, udara, dan matahari, yang mencipta gairah untuk
syarat berkembangbiak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun tesedia secarra
alamiah sepanjang hari. Seiring waktu bergeser, hingga senja mulai membayang,
mereka kemudian akan bergelombol berlesatan menuju pulau tabuan, menuju gelap
sempurna. Lantas gerombolan hitam itu akan memecah diri menjadi keompok
–kelompok kecil, dan bergerak bercericit menuju ke berbagai arah mata angin:
kota agung,kalianda dan Bandar lampung. Dikota kota beraoma pantai itulah
mereka menemukan sarang.istana tempat terlelap dimalam hari, yakni rumah
rumah gelap, lembab dan nyaman,berupa gedung gedung tinggi menjulang
berbentuk kotak beton tak berjendela.
Hamparan
ratusan kotak beton diseantero kota – kota itu, adalahjebakan cerdik yang
dibikin oleh manusia untuk memindahkan mereka dari keidupan lepas pantai –
pantai bekarang sepanjang bukit barisan pantai selatan. Sesungguhnyalah
wallet adalah makhluk yang mencintai kenyamanan, kemudahan dan jalan pintas
yang prakis.mereka tantu tidak diciptakan tuhan untuk berfikir tentang
kebebasan. Maka bermigrasilah,setiap hari ratusan hingga ribuan walet
memadati jebakan jebakan nyaman yang dibuat diburu. Diburu sarangnya ,yang
elak diperjualbelikan sebagai bang ajaib dengan harga teramat tinggi
Migrasi walet
yang membawa harta karun dari sarangnya yang tak tenilai, adalah juga berarti
migrasi manusia (para pemburu walet) yang bergelombang dating dari berbagai
pulau seberang. Maka begitulah sejarah kota kemudian terbentuk, menjadi
Bandar yang ramai, menjadi tempat singgah para pelancong yang akhirnya
menetap kawin dan beranak pinak. Maka begitulah sejarah kedatangan zhu yang
tiba pertamakali ke bandarr lampung dengan membawa pesona kecerdasan dan keuletan
serta aroma kecantikan perempuan matang di usia remaja seorang anak saudaga
besar dengan bakat cemerlang.
Zhu mengawali
sejarah dengan melakukan peerjalanan jauh dari pulaunya, kalimatan timur.
Meninggalkan leluhur menuju satu titik kota berteluk hangat di selat sunda.
Para pedagang antar pulau telah mengabarkan sebuah rahasia besar dihadapan
ayahnya Zhu Miau Jung, “ Ada ratusaan ribu walet memadati puncak gunung
tengah laut di selat sunda. Ada teluk diunjungtimur pulau sumatera yang
memanjang dengan tebing tebing karang menuju deretan bukit barisan. Ada kota-kota bearoma pantai. Ada beberapa orang behasil membuat jebakan rumah
bagi ribuan wallet yang malang!”
Begitulah Zhu mulai sejarah dengan membuat jebakan dari seperti tanah yang ia beli
dan membangunya menjadi istana wallet dengan keahlian ang tidak diragukan
lagi. Dialah peremuan dengan aroma laut yang berpadu keindahan teratai.
Dialah yang sejak lahir dididik sebagai pemburu wallet ulung yang kelak
berhak menyandang keahlian serta nama besar zhu pembuu wallet palingterkenal
lantaran ketajaman instingnya.
Konon Zhu
Miau Jung telah melahirkan
legenda bahwa hanya dialah yang bisa mengerti bahasa burung nyaris seluruh
pedagang besar di nusantara timur percaya. Maka ketika berita keajaiban
tentang selat sunda tiba, ia tertantang untuk mendoong putri satu satunya
pergi. “bukan lantaran usiaku telah mulai tua bukan itu. Petuaangan untuk
sebua penaklukan tak pernahmengenal umur tapi kau harus segera mendapatkan
pilihan hidupmu. Pergilah Zhu kau
sudah pantas dan matang untuk memulai. Buru dan tangkap waletdan letakan
dalam jumlahribuan didadamu untuk melanjutkaan nama besar ayahmu nama baik
leluhurmu.
Ada deraian
hujan pada matanya sempit membuat setiap orang yang didampinginya tunduk
dengan senang hati. Keramahan pada rambutnya panjang berkibar kesopanan pada
kulit puyih seterang bulan, dan lesung pipi yang berkali membikin lelaki
mabuklantaran rindu. Zhu Ni Xia menjaditerkenal sentereo mata angin.
Dari Liwa hingga kota bumi bahkan orang orang Menggala seringkali singga
untuk menukar pisang dang eta dammar, dengan beras dan gula.dari waktu
menjadi Bandar, meluaskan niaga dengan membangun puluhan gudang : tempat
menukar dammar menjadi gulaatau ratusan karung kopiditukar dengan kain
gemercing mata uang. Kapal
barang barang yang singgah
selalu menjabat tangan zhu dengan hormat dan menyampaikan salam kebesaran
atas nama marga Zhu. ”Selamat sejatera, pada
bisnis Nona Zhu yang semakin maju.”
|
3.
|
Komplikasi
|
Definisi :
Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Dalam komplikasi berbagai
kerumitan bermunculan. Hal tersebut akan mengarah pada klimaks yaitu sebuah
konflik yang mencapai tingkat intensitas tertinggi.
Kalimat dalam teks :
Akulah lelaki yang menantang angin
dimalam ketika serentetan tembakanmenggema sepanjang malam. Nyala api
membumbung, membakar lumbung,membakar atap dan dinding-dindingpuluhan rumah.
Demi Tuhan, kesedihanturun lewat langkah-langkah bergegas,dan teriakan
kematian menggema padaladang-ladang kopi. Sayup di BalaiKampung sekumpulan
lelaki memainkangamelan bambu cetik, dengan nadaputus-asa, seolah dengan
pukulan-pukulan itu mereka menyatakan bahwamereka adalah sekelompok petani
pribumiyang punya hak sama, dan tak sudiuntuk pergi.
Sejak sore hari, menjelang
maghrib,tanda-tanda itu sudah dimulai. MadeSukari berlari menuruni bukit,
sambilterus menunjuk ke arah lembah, “Celaka.Mereka betul-betul tengah
bergerak!Mereka hendak menyerbu!”
Dua ekor gajah telah mati,
seminggusebelum kegawatan semakin memuncak,dan Made Sukari berlari memberi
tandamenuruni bukit. Wajah-wajah pucat dangemetar menjalar, melewati
ladang,kebun, dan rumah-rumah yang langsungsiaga.“Siapa lagi yang telah
membunuh gajah-gajah itu? Demi Tuhan, ini pertandacelaka!”Dua gajah telah
mati. Sebelumnya,empat ekor gajah ditemukan tanpanyawa dengan leher terbelah
dan gadinglenyap meninggalkan dua bolongan kasardi kepala. Tak ada petani di
Kualakambasyang tega membunuh makhluk raksasabermata lembut, Puluhan, bahkan
ratusan kali mereka menghalau gajah-gajah yang tersesat di ladang,
hanyadengan teriakan serta sapaan, “Pergilahmanis, hus, hus, pergilah dari
ladangkami.” Antara gajah dan petani telahmemiliki tautan hati yang sama. Tak
perlu ada parang menempel, apalagisampai membelah leher.
Mereka akan pergi dengan
langkahlamban, dan anak-anak seringkalimenyanyikan nyanyian gembira
sebagaipengiring, “Pergilah wahai barisangendut, menuju hutan, bersama
angin,menyongsong hujan….”
Tapi gajah-gajah itu telah
terlanjurmati, dibunuh dengan keji. Dan gajahyang mati akan menuntut balas
darinegara. Sudah terlalu lama kampung iniberurusan dengan negara. Bahkan
18tahun silam, ayahku terbunuh bersama200 petani kopi yang
dianggapmembangkang, memberontak, hanyalantaran ia kukuh berkata:
“Sudahberpuluh tahun kami berdiam di sini,sebelum kawasan hutan
negaraditetapkan. Kami tidak tinggal di hutan,tidak merusak hutan, dan tidak
punyaniat menjarah hutan. Kami adalahpetani! Kami adalah pribumi,
meskileluhur kami berasal dari berbagai pulaudan berbagai suku! Kami
adalah….”
Akulah lelaki yang
menantang angin dimalam ketika serentetan tembakanmenggema sepanjang malam.
Akulahyang seringkali berkata kepada mereka,bahwa kematian gajah-gajah
hanyalahalasan agar kami semua dianggapbersalah, dan berhak untuk
dipaksapergi. “Pergilah kalian, bakar kebun kopidan ladang, untuk
dikembalikan menjadihutan!” begitulah yang seringkalikudengar dari mulut ibuku
saatmenceritakan bagaiamana ayahku mati.Maka tak perlu lagi bertanya
tentangsiapa pembunuh gajah, kenapa gajahharus dibunuh. Demi Tuhan, ketika
MadeSukari berlari menuruni bukit, dan para lelaki berkumpul di Balai Kampung
lalumemainkan gamelan bambu cetik denganputus asa, ku sudah berkata: “Larilah
keutan. Carilah jalan.”Tapi mereka bergening. Lalu suaratembakan, lalu asap
pertama mengepul,lalu suara-suara jeritan, teriakan danentah-barangkali
kematian. Gelap akumenerabas pepohonan, menyeret tangan. Nyiwar-ibuku.
Berkelebat di pekat hutan,terus berlari, menerabas berhari-hari. Entah berapa
waktu telah hilang digerusperih dan lapar, dan kesakitan. Hinggatiba di
kampung yang entah, sebuahjalan raya, dan truk pengangkut karetmembawaku ke
depan pintu gerbang ini.“Tolong bukakan gerbang. Katakan padaNona Zhu, saya
Sulaiman. Saya tidaksedang membawa barang. Saya harusketemu Nona Zhu.”
|
4.
|
Evaluasi
|
Definisi :
Berbagai
konflik yang ada di komplikasi akan mengarah pada klimaks. Klimaks ini
merupakan keadaan yang mempertemukan berbagai konflik dan menentukan
bagaimana konflik tersebut diselesaikan. Diperlukan evaluasi untuk memecahkan
suatu konflik sehingga mulai tampak penyelesaiannya.
Kalimat dalam teks :
Sulaiman,
dan berpuluhan lelaki yang ia kenal baik, biasanya datang membawa
karung-karung biji kopi kering dengan kualitas terbaik. Tapi kali ini, Zhu
melihat sesosok lelaki berantakan, penuh goresan luka, serta menggengam
bungkusan kain-yang jelas pastilah bukan biji kopi- dan memandang kepadanya
dengan tatapan gawat. Zhu melangkah mundur dengan refleks, “ cepat masuk!”
“Mohon maaf,Nona Zhu, ini ibu saya,”sulaiman memperkenalkan Nyiwar.
“saya tidak membawa…”
“Sutinaaa,” Zhu memanggil pelayan, lalu menatap sulaiman, “kalian belum
makan berhari-hari? Demi tuhan,aku sudah mendengar berita-berita soal
kerusuhan di kualakambas. Hampir semua supir menceritakan isu-isu simpang
siur. Astaga.”
“Saya, Nona,” seorang pelayan perempuan muncul. “ segera siapkan
makanan!” Zhu menghirup nafas dalam-dalam. “ setiappetugas yang dating
memeriksa gudangku, selalu aku kataka, bahwa aku tak pernah menerima biji
kopi dari perkampungan yang masuk kawasan hutan Negara. Tapi kau tahu,
sulaiman, bertahun-tahun aku tetap menerima kopi dari kalian. Selalu dalam
pikiranku, bahwa ada sesuatu yang salah dari negeri ini. Nah, sampai
dua hari lalu, aku mendapat penekanan yang lebih keras, bahkan ancaman, jika
ada karung-karung biji kopi yang dicurigai berasal dari kawasan hutan Negara,
gudangku akan dibakar. Nah, bisa apa aku, Sulaiman? Sekarang
engkau makanlah bersama ibumu. Sutinah sudah menyiapakannya. Setelah itu,
pergilah…. Demi tuhan, sulaiman, aku tak bisa berbuat apa-apa. Bisa apa aku,
dalam kondisi seperti ini? Aku tidak bisa menawarkan kalian untuk tinggal.”
“Saya memang tidak tahu dimana saya harus tinggal,Nona. Saya datang ke sini lantaran bertahun-tahun Nona melindungi kami, dengan cara
tetap membeli kopi dari kebun kami meskipun teramat besar resiko buat Nons.
Tentu say tidak akan lagi merepotkan….”
Ada nada
perih, dan Zhu tak sanggup menatap wajah lelaki itu.
[….]
Selalu ia
berkata:”belum saatnya engkau mengerti,Zhu. Tetap tinggallah di kamar. Jangan
keluar rumah.jagan bercerita pada siapa pun, bahwa ada banyak orang dirumah
ini. Engkau mengerti?”
Dan ia
hanya mengangguk.dan bertahun-tahun kemudian, barulah ia mengerti.
Lalu kini,
di hadapannya, seorang lelaki muda dan seorang perempuan tua, menjadi
perlarian dan datang di depan gerbang pintu rumahnya. Ia melihat kedua orang
itu dari jauh, dari sebrang meja makan, dan air mata Zhu menitik dalam diam.
Demi tuhan, bukan dua sosok di meja makan itulah yang ia lihat, tapi bayangan
sebelas tahun silam serta keagungan ayahnya yang mampu berdiri tegak
diantara para perlarian, meskipun penuh resiko.
“Terimakasih, Nona. Hanya delapan belas kain tipis itulah barang yang
bisa kami bawa. Terserah Nona, mau dinilai berapa. Kami membutuhkan uang
untuk pergi ke jawa.delapan belas kain tipis ini, disulam ibu saya dengan
sepenuh jiwa bertahun-tahun,” begitulah sulaiaman berkata.
Lalu Zhu
melihat kepergian dua orang itu. Terpaksa hanya bisa melihat. Dengan hati
perih.
|
5.
|
Resolusi
|
Definisi :
Resolusi merupakan penyelesaian dari konflik yang terjadi di dalam
cerpen.
Kalimat dalam teks :
Siapa nyana, bahwa delapan belas helai kain tipis buatan tangan
Nyiwar, telah membuat batin Zhu tercabik parah dan gila, begitu teramat
menderita. Ia tak pernah membayangkan, bahwa sehelai kain akan menyimpan
getaran dasyat yang langsung menusuk pada jiwanya yang paling dalam.
Pola-pola dari silangan benang emas dan benang perak, liukan-liukan garis
yang menyerupai api, cinta, dendam serta gambar-gambar dekoratifdalam olahan
lambang daun, tanah, laut dan langit, telah menuntunnya untuk mengaca pada
dirinya,serta hatinya. Alangkah dalam sentuhan jiwa yang paling perih,
alangkah gila cinta yang tertahan rindu dan kehilangna, alangkah ganas dendam
yang terekam dalam keputusasaan, alangkah indah jiwa-jiwa yang halus! Sungguh
Zhu merasa telanjang dan malu. Betapa ia malu.
Dengan segera ia menyebar orang-orang untuk mencari jejak Sulaiman.
“Carilah mereka. Geledah setiap kamar penginapan. Periksa setiap
ruas jalan. Susuri desa dan jalan pintas perkampungan. Mereka baru pergi dua
belas jam! Kalian paham? Bawa mereka ke sini, bawalah mereka....”
Zhu memberi perintah pada semua yang ada, setengah memohon,
setengah menangis. Ia lantas berlari ke tengah halaman, melihat langit, dan
mencoba menemukan wajahnya sendiri di keluasan langit. Pada awan-awan yang
berarak. Pada biru warna yang menyerupai cermin. Hingga larut malam tak ada
kabar. Hingga Zhu tertidur memeluk delapan belas kain tapis.
Hingga harapan pagi harinya berubah semakin tipis. Dan pada
siang hari, seorang pencari mengetuk ruangan Zhu sambil berkata,
“Mereka sudah ada di depan, Nona.”
Alangkah aneh, saat Zhu langsung menghambur dan memeluk Nyiwar, “Tidah
sepatutnya aku meminta kalian pergi. Aku meminta maaf. Tinggallah disini.”
“Terima kasih Nona, tapi kenapa?” Sulaiman menyela.
Ia merasa heran.
“Aku malu dengan kebesaran Ayah, kemuliaan leluhur, yang menitipkan
namanya padaku. Kami pernah mengalami hal serupa denganmu, Sulaiman. Dan kini
aku siap dengan segala resiko. Sekali lagi, aku mohon, maafka keputusanku
yang terburu-buru kemarin. Tinggallah disini.” Betapa Zhu ingin terus memeluk Nyiwar, melihat kedalaman matanya,
merasa kerut tangannya, dan melihat ada apakahdi balik tubuh ringkihyang
sesungguhnya teramat perkasa ini? Darimana datangnya kehalusan jiwasehingga
tangan keriput ini bisa mengalirkan keindahan, kobaran cinta, kerinduan
sedih, serta dendam putus asa, lewat tarian Sulaiman kain tipis yang begitu
menggetarkan? Ia ingin bertanya. Ia ingin menyelam. Ia ingin merengkuhkan seluruh
tubuhnya, dan dengan hormat memanggil “Ibu”.
Maka
setiap malam, ia selalu datang mengajak Nyiwar menyelami langit di halaman,
duduk berdua, melihat laut melewati bulan.
“Bulatan
cahaya bulan, bunga kopi, dan warna laut di atas kain tapis, seperti hamparan
tanah, Nona. Benang emas akan mengalir dengan gerak batang jarum sebagai
takdir. Seperti harapan ketika membesarkan Sulaiman. Seperti cinta yang tak
habis pada ayah Sulaiman. Seperti mencintai rumah dan tanah. Cobalah Nona
genggam sekepal tanah, rasakan denyutnya. Kain tapis, benang, warna-warna,
semua akan berdenyut jika dirasakan dengan benar....”
Nyiwar akan terus bicara, dan Zhu dengan sungguh-sungguh
menyimak.
Kadang tentang masa kecil Sulaiman. Tentang penembakan. Tentang air
mata yang mengalir saat menanam benih kopi. Tentang gelak tawa. Tentang air
hujan. Tentang pembakaran rumah. Tentang apa saja.
“Jadi
Ibu membesarkan Sulaiman sendiri?”
“Dengan
tanaman kopi, ya, dengan sedikit getah damar. Semua, semua, semuaadalah
keringat kami. Dan juga doa.”
Nyiwar kadang terkekeh saat menceritakan Sulaiman.
“Ia seperti ayahnya, dengan naluri besar melindungi dan membela para
petani. Menyelundupkan biji-biji kopi agar tetap bisa dijual, sebagai upaya
agar para petani bisa bertahan di tengah berbagai ancaman. Ia seprti ayahnya,
tak bisa melihat orang lain menderita. Kau tahu Nona ia melihat dengan kepala
sendiri saat ayahnya di
tembak mati “
Adakah
yang gentar menolak takdir? Saat cahaya langit terus berganti, maka cahaya
hati juga bisa berganti. Setiap kali Zhu memandang dari kejauhan kamar
tempat lelaki itu membuka jendela. Ia
tiba-tiba saja merasakan bagaimana angin yang bertiup dari kamar Sulaiman
adalah tiupan harum seribu bunga. Ia jatuh cinta. Ia terus menggalang kontak
dengan para petani, mencatat data mencari bukti-bukti. Akhinya Sualiman
muncul, rona wajah Zhu menjadi purnama.
|
6.
|
Koda
|
Definisi :
Koda disebut juga reorientasi merupakan
akhir cerita di dalam cerpen yang berisi nilai-nilai atau pelajaran yang
dapat dipetik oleh pembaca. Koda bersifat opsional yaitu boleh ada boleh juga
tidak.
Kalimat dalam teks :
Zhu
Ni Xia, perempuan matang yang kini telah memilih takdirnya. Pada malam ketika
kapal barang singgah di bandar, ia menitipkan pesan untuk ayahnya.
“Aku
telah menemukan lelaki, Ayah! Dan aku jatuh cinta kepadanya. Datanglah
segera, untuk menjadi wali bagi putrimu tercinta.”
Ada
purnama, ada cahaya, tapi ada lautan yang mengirimkan badai.
“Sampaikan
pada Sulaiman, aku bersedia menjadi istrinya,” begitu ia meminta kepada
Nyiwar, dan begitulah Nyiwar mengatakan pada Sulaiman. Lalu bulan berganti.
Ketika
madu tumpah di lautan, ketika ia telah resmi memanggil Ibu kepada
Nyiwar—perempuan lembut sekokoh karang—dan ia resmi memanggil Abang kepada
suami; angin ibukota tiba-tiba mengirimkan badai lebih besar pada parasnya
yang jelita.
Dari
Teluk Jakarta sebuah kapal perang berpenumpang ratusan prajurit merapat di
bandar, mengendap di subuh hari. Mengepung kota, menyisir gunung. Berita
pemberontakan petani kopi kembali pecah menjadi prahara.
Segerombolan lelaki garang mendobrak gerbang pintu rumah pengantin
jelita, membakar gudang dan memporak porandakan segala.
Teriakkan kata penghianat dan penadah, mengawali letusan tembakan dipagi
buta. Sulaiman digelandang paksa meninggalkan ceceran darah, dan tatapan
penuh cinta.
|
(2) Sekalipun ada peristiwa monologis dan dialogis sebagai
peristiwa pembangun cerita, tetapi hakikatnya peristiwa itu menunjukkan
karakter yang sama, yaitu peristiwa sebagai pembangun cerpen selalu terbentuk
atas tokoh, latar, dan alur. Ketiganya adalah pembangun cerita yang konkret
atau disebut juga fakta. Fakta yang konkret ini secara eksplisit membangun
cerpen ataupun fiksi lainnya sehingga ketiganya disebut sebagai fakta cerita.
Melalui fakta cerita itulah tema, pesan, amanat, tujuan, suasana, dan sudut
pandang diaktualisasikan. Oleh karena itu, belajar menulis cerpen harus diawali
dengan pemahaman fakta cerita ini. Ketiga unsur itu dijalin menjadi satu
kesatuan peristiwa yang indah, menghibur, dan memiliki konflik yang menarik.
(a) Tokoh dalam cerita
merujuk pada “orang” atau “individu” yang hadir sebagai pelaku dalam sebuah cerita,
yaitu orang atau individu yang mengaktualisasikan ide-ide penulis. Lewat tokoh
itulah penulis menyampaikan gagasannya. Agar kalian lebih memahami tokoh
danpenokohan itu, identifikasilah tokoh yang terdapat dalam cerpen “Sulaiman
Pergi ke Tanjung Cina” itu, lalu deskripsikanlah tokoh itu.
(b)
No.
|
Tokoh
|
Karakteristik Tokoh serta
Penegasan Kalimat dalam Cerpen
|
1.
|
Sulaiman
|
·
Rendah hati dan
lembut
Terbukti
pada halaman 33 paragraf 6 yang berbunyi, “Terimakasih,Nona! Hanya 18 kain tapis itulah barang yang
bisa kami bawa. Terserah nona mau dinilai berapa. Kami membutuhkan uang untuk
pergi ke Jawa. 18 kain tapi ini disulam ibu saya dengan sepenuh hati
betahun-tahun.” begitulah Sulaiman berkata.
·
Pemberani, penyayang,
pantang
menyerah, dan gigih
Terbukti
pada halaman 35 paragraf 1 yang berbunyi, “Ia seperti ayahnya, dengan naluri besarmelindungi dan
membela para petani. Menyelundupkan biji-biji kopi agar tetapbisa dijual,
sebagai upaya agar parapetani bisa bertahan di tengah berbagaiancaman. Ia
seperti ayahnya, tak bisa melihat orang lain menderita. Kau tahu Nona ia melihat
dengan kepala sendirisaat ayhnya di tembak mati.
Wawasannya
yang luas, cara bicaranya yang sopan, dan terutama: tindakan-tindakan
berbahaya yang terus ia lakukan meskipun ia dalam persembunyian. Ia terus
menggalang kontak dengan para petani, mencatat data, mencari bukti-bukti.
Berkali Sulaiman tak pulang dan Zhu menjadi cemas. Maka berkali ketika
akhirnya Sulaiman muncul, rona wajah Zhu menjadi purnama.”
|
2.
|
Zhu
Ni Xia
|
·
Baik
hati dan dermawan
Terbukti pada halaman 33 paragraf 1 yang berbunyi, “Saya memang
tidak tahu dimana saya harus tinggal, Nona. Saya datang ke sini lantaran
bertahun-tahun Nona melindungi kami, dengan cara tetap membeli kopi dari
kebun kami meskipun teramat besar resiko buat Nona. Tentu saya tidak akan
lagi merepotkan….”
·
Tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan
Terbukti
pada halaman 34 paragraf 7 yang berbunyi, “Aku
malu dengan kebesaran Ayah, kemuliaan leluhur, yang menitipkan namanya
padaku. Kami pernah mengalami hal serupa denganmu, Sulaiman. Dan kini, aku
siap dengan segala resiko. Sekali lagi, aku mohon, maafkan keputusanku yang
terburu-buru kemarin. Tinggallah di sini.”
·
Cerdas dan ulet
Terbukti pada halaman
29 paragraf 5 kalimat ke 3 yang berbunyi, “Maka
begitu jugalah sejarah kedatangan Zhu yang tiba pertama kali ke Bandar
Lampung, dengan membawa kecerdasan dan keuletan, serta aroma kecantikan
perempuan matang diusia remaja…”
·
Gigih dan ulet
Terbukti pada halaman 30
pargraf 2 kalimat ke 3 yang berbunyi, “Dialah
perempuan dengan masa depan gemilang dari kegigihan dan keuletan.”
|
3.
|
Nyiwar
|
·
Baik
dan lemah lembut
Terbukti pada halaman 34 paragraf 9 yang berbunyi, “Bulatan
cahaya bulan, bunga, kopi, dan warna laut di atas kain tapis, seperti
hamparan tanah, Nona. Benang emas akan mengalir dengan gerak batang jarum
sebagai takdir. Seperti harapan ketika membesarkan Sulaiman. Seperti cinta
yang tak habis pada ayah Sulaiman. Seperti mencintai rumah dan tanah. Cobalah
Nona genggam sekepal tanah, rasakan denyutnya. Kain tapis, benang,
warna-warna , semua akan berdenyut jika dirasakan dengan benar…”
· Penyayang, sabar, dan pekerja keras
Terbukti pada halaman 34 paragraf 12
sampai 13 yang berbunyi, “Jadi Ibu membesarkan Sulaiman sendiri?”
“Dengan
tanaman kopi, ya, dengan sedikit getah damar. Semua, semua, semua adalah
tinggal keringat kami. Dan juga doa.”
|
4.
|
Zhu Miau Jung
|
Baik, tegas, bijaksana, dan mulia.
·
Terbukti pada halaman 30 paragraf 3 kalimat
ke 4 yang berbunyi, “Bukan lantaran usiaku telah mulai tua. Bukan itu.
Petualangan untuk sebuah penaklukan tak pernah mengenal umur. Tapi kau harus
segera menetapkan pilihan hidupmu. Pergilah, Zhu, kau sudah pantas dan matang
untuk memulai. Buru dan tangkap walet-walet itu, dan letakkan dalam jumlah
ribuan di dadamu, untuk melanjutkan nama besar ayahmu, untuk nama baik
leluhurmu!”
|
5.
|
Made Sukari
|
Baik dan pemberani.
·
Terbukti
pada halaman 31 paragraf 8 kalimat ke 4 yang berbunyi,
“Maka tak perlu lagi bertanya tentang siapa pembunuh gajah, kenapa
gajah harus dibunuh. Demi tuhan, ketika Made Sukari berlari menuruni bukit,
dan para lelaki berkumpul di balai kampong lalu memainkan gamelan bamboo
cetik dengan putus asa, aku sudah berkata : “Larilah ke hutan. Carilah
jalan.”
|
6.
|
Sutinah
|
Sigap dan penurut.
·
Terbukti
pada halaman 32 paragraf 5 sampai 6 yang berbunyi, “Sutinaaah” Zhu memanggil
pelayan, lalu menatap Sulaiman, “Kalian belum makan berhari-hari? Demi tuhan,
aku sudah mendengar berita-berita soal kerusuhan di Kualakambas. Hampir semua
supir menceritakan isu-isu simpang siur. Astaga.”
“Saya, Nona,” seorang pelayan perempuan muncul. “Segera siapkan
makanan!”
|
(c) Latar cerita merupakan lingkungan, yaitu dunia cerita yang
meliputi tempat, waktu, dan suasana yang berguna untuk membangkitkan suasana. Dalam
latar itulah segala peristiwa yang menyangkut hubungan antartokoh terjadi.
Latar dalam cerita biasanya mempunyai dua tipe. Pertama, latar yang diceritakan
secara detail. Hal ini biasanya terjadi jika cerpen fokus pada persoalan latar.
Kedua, latar yang tidak menjadi fokus utama dalam masalah. Biasanya latar di
sini hanya disebut sebagai background saja sebagai tempat peristiwa,
tidak dideskripsikan secara detail.
Setelah kalian membaca cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” itu,
gambarkanlah latar yang membangun cerpen itu.
(d) Alur merupakan keseluruhan sekuen (bagian) peristiwa yang
terdapat dalam cerita. Alur adalah peristwa yang terbentuk karena proses sebab akibat
(kausal) dari peristiwa lainnya, yang membentuk rangkaian peristiwa dalam
cerita, dan berbagai peristiwa yang ada dalam cerita memiliki hubungan yang
erat, karena kehadiran satu peristiwa menyebabkan hadirnya peristiwa yang lain.
Alur itulah yang menjadi struktur pembangun teks cerita pendek, yang di
dalamnya terdapat abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda.
Kalian sudah memahami alur yang membangun cerita pendek di
atas.Apakah kalian menemukan keempat kaidah alur itu di dalam cerpen yang ada?
Uraikanlah jawaban kalian.
Alur
|
Pengertian
|
Contoh dalam Teks
|
1.
Plausibilitas
(Kemasukakalan atau
kelogisan)
|
Plausibilitas
yang disebut juga kemasukakalan atau kelogisan artinya cerita memiliki kelogisan
atau suatu alur cerita yang masuk akal dalam penyelesaian masalahnya.
|
· Terdapat pada halaman 31 paragraf
7 kalimat ke 4 :
Bahkan 18 tahun silam, ayahku terbunuh
bersama 200 petani kopi yang dianggap membangkang, memberontak, hanya
lantaran ia kukuh berkata: “Sudah berpuluh tahun kami berdiam di sini,
sebelum kawasan hutan negara ditetapkan. Kami tidak tinggal di hutan, tidak
merusak hutan, dan tidak punya niat menjarah hutan. Kami adalah petani! Kami
adalah pribumi, meski leluhur kami berasal dari berbagai pulau dan berbagai
suku! Kami adalah....”
Hal tersebut logis yang menjelaskan
bahwa Ayah Sulaiman mati terbunuh karena membela tempat tinggal mereka.
· Terdapat pada halaman 35 paragraf
8 :
....ketika ia telah resmi memanggil Ibu
kepada Nyiwar—perempuan lembut sekokoh karang—dan ia resmi memanggil Abang
kepada suami,...
Hal tersebut logis karena Zhu memanggil
Ibu kepada Nyiwar yang sudah resmi menjadi mertuanya dan memanggil Abang
kepada Sulaiman yang juga telah resmi menjadi suaminya.
|
2.
Suspense
(Keingintahuan)
|
Suspense artinya
perasaan kurang pasti terhadap peritiwa yang terjadi, khususnya yang menimpa
tokoh yang kemudian diberi simpati oleh pembaca. Suspense memacu rasa ingin
tahu pembaca terhadap peristiwa yang terjadi pada tokoh atau peristiwa
lainnya. Hal ini sangat penting agar membuat pembaca tidak jenuh untuk membaca
cerita hingga akhir. Intinya dengan suspense cerita akan makin hidup dan
mendorong pembaca melanjutkan membaca cerita untuk mengetahui jawaban dari
permasalahan.
|
· Terbukti pada halaman 31 paragraf
7 kalimat ke 2 :
Dan gajah yang mati akan menuntut balas
dari negara.
Disini
pembaca akan mencari tindakan apa yang akan dilakukan oleh negara sebagai
balas perlakuan atas matinya gajah – gajah tersebut.
Kemudian karena alur cerita dalam cerpen
“Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” adalah alur campuran sehingga mendorong
pembaca untuk mengetahui akhir cerita. Dari bagian awal cerita telah
digambarkan sosok Zhu yang sedih. Hal tersebut meningkatkan rasa penasaran
pembaca. Ditambah juga dengan keingintahuan penyebab Ayah Sulaiman bersama
200 petani lain di Kualakambas dibunuh, konflik yang terjadi di Kualakambas,
hingga cerita bagaimana Sulaiman dan Zhu dapat menjalin hubungan cinta lalu
berakhir menyedihkan.
|
3. Surprise
(Kejutan)
|
Di dalam
cerita ada peristiwa yang berisi kejutan, peristiwa inilah yang dinamakan
dengan surprise. Biasanya
peristiwa yang dibangun pengarang di luar dugaan pembaca. Dengan adanya
surprise, sebuah cerpen menjadi tidak membosankan.
|
·
Terbukti
pada halaman 31 paragraf 5 :
Dua gajah telah mati. Sebelumnya, empat
ekor gajah ditemukan tanpa nyawa dengan leher terbelah dan gading lenyap
meninggalkan dua bolongan kasar di kepala. Tak ada petani di Kualakambas yang
tega membunuh makhluk raksasa bermata lembut. Puluhan, bahkan ratusan kali
mereka menghalau gajah-gajah yang tersesat di ladang, hanya dengan teriakan
serta sapaan, “Pergilah manis, hus, hus, pergilah dari ladang kami.” Antara
gajah dan petani telah memiliki tautan hati yang sama. Tak perlu ada parang
menempel, apalagi sampai membelah leher.
·
Terbukti
pada halaman 33 paragraf 8 kalimat pertama sampai kedua :
Siapa nyana, bahwa delapan belas helai
kain tapis buatan tangan Nyiwar, telah membuat batin Zhu tercabik parah dan
gila, begitu teramat menderita. Ia tak pernah membayangkan, bahwa sehelai kain akan menyimpan getaran
dahsyat yang langsung menusuk pada jiwanya yang paling dalam.
·
Terbukti pada halaman 34 paragraf 2 sampai 4 :
Hingga
harapan pagi harinya berubah semakin tipis. Dan pada siang hari, seorang
pencari mengetuk ruangan Zhu sambil berkata,
“Mereka
sudah ada di depan, Nona.”
Alangkah
aneh, saat Zhu langsung menghambur dan memeluk Nyiwar, “Tidak sepatutnya aku
meminta kalian pergi. Aku meminta maaf. Tinggallah disini.”
· Terbukti pada halaman 35 paragraf
3 kalimat ke 2. Menggambarkan bahwa tiba-tiba Zhu merasakan adanya
getaran-getaran cinta pada Sulaiman.
Setiap kali Zhu
memandang di kejauhan kamar, tempat lelaki itu membuka jendela, ia selalu
melihat bayangan ribuan kunangkunang yang melesat memenuhi hatinya. Ia tiba-tiba
saja merasakan bagaimana angin yang bertiup dari kamar Sulaiman, adalah
tiupan harum seribu bunga. Ia benci jatuh cinta, tapi ia juga tak bisa
menolak jatuh cinta.
· Terbukti pada halaman 35 paragraf
9 sampai 11 :
Dari Teluk Jakarta
sebuah kapal perang berpenumpang ratusan prajurit merapat di bandar,
mengendap di subuh hari. Mengepung kota, menyisir gunung. Berita
pemberontakan petani kopi kembali pecah menjadi prahara.
Segerombolan lelaki garang mendobrak
gerbang pintu rumah pengantin jelita, membakar gudang dan memporak-porandakan
segala.
Teriakkan kata penghianat dan penadah, mengawali letusan tembakan dipagi
buta.Sulaiman digelandang paksa meninggalkan ceceran darah, dan tatapan penuh
cinta.
|
4.
Unity
(Kepaduan)
|
Berbagai
unsur yang ditampilkan dalam alur cerita haruslah memiliki kepaduan. Setiap
unsur yang ada hendaknya membentuk satu kesatuan yang utuh sehingga
keberadaan antar unsurnya menentukan keberadaan unsur yang lain.
|
· Terbukti pada halaman 30 paragraf 3 :
Begitulah Zhu, memulai sejarah dengan
membuat jebakan dari sepetak tanah yang ia beli, dan membangunnya menjadi
istana walet, dengan keahlian yang tidak diragukan. Ya ya ya, dialah
perempuan dengan aroma laut yang berpadu keindahan teratai. Dialah perempuan
dengan masa depan gemilang, dari kegigihan dan keuletan. Dialah yang sejak
lahir dididik sebagai pemburu walet ulung yang kelak berhak menyandang
keahlian serta nama besar Zhu Miau Jung—pemburu walet paling terkenal
lantaran ketajaman instingnya.
Pada
paragraf tersebut dijelaskan bahwa Ayah Zhu dulu adalah pemburu walet yang
ulung. Hal ini berkaitan dengan Zhu yang nantinya akan menjadi pemburu walet
yang ulung juga di masa mendatang.
· Terbukti pada halaman 33 paragraf 3 sampai 7 :
Selalu ia berkata: “Belum saatnya engkau
mengerti, Zhu. Tetap tinggallah di kamar. Jangan keluar rumah. Jangan
bercerita pada siapa pun, bahwa ada banyak orang di rumah ini. Engkau
mengerti?”
Dan ia hanya mengangguk. Dan
bertahun-tahun kemudian, barulah ia mengerti.
Lalu kini, di hadapannya, seorang lelaki
muda dan seorang perempuan tua, menjadi pelarian dan datang di depan gerbang
pintu rumahnya. Ia melihat kedua orang itu dari jauh, dari seberang meja
makan, dan air mata Zhu menitik dalam diam. Demi Tuhan, bukan dua sosok di
meja makan itulah yang ia lihat, tapi bayangan sebelas tahun silam serta
keagungan ayahnya yang mampu berdiri tegak di antara para pelarian, meskipun
penuh resiko.
“Terimakasih, Nona. Hanya delapan belas
kain tapis itulah barang yang bisa kami bawa. Terserah Nona, mau dinilai
berapa. Kami membutuhkan uang untuk pergi ke Jawa. Delapan belas kain tapis
ini, disulam ibu saya dengan sepenuh jiwa. Bertahun-tahun,” begitulah
Sulaiman berkata.
Lalu Zhu melihat kepergian dua orang itu.
Terpaksa hanya bisa melihat. Dengan hati perih.
Pada paragraf tersebut dijelaskan bahwa
dulu Ayah Zhu pernah juga menyelamatkan pelarian walau beresiko. Hal ini
berkaitan dengan Zhu yang akan menyesal karena menolak menolong Sulaiman.
Saat Zhu mengingat bahwa ayahnya pernah menolong pelarian, Zhu langsung
mencari Sulaiman dan menawarkan pertolongan atas rasa bersalahnya menolak
untuk menolong mereka.
Dari dua contoh di atas telah
menggambarkan bahwa dalam cerpen “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” memiliki
unsur unity dimana peristiwa satu dengan peristiwa lainnya saling berkaitan.
|
Comments
Post a Comment