Wawancara Mengenai Alat Komunikasi dengan Pedagang Bakso Keliling



Wawancara Mengenai Alat Komunikasi dengan Pedagang Bakso Keliling

  Pertanyaan :

1. Siapa nama Bapak?
2. Berapa lama Bapak bekerja sebagai pedagang bakso keliling?
3. Alat seperti apakah yang Bapak gunakan agar orang-orang tahu jika Bapak berjualan bakso?
4. Mengapa Bapak lebih memilih menggunakan alat itu daripada yang lainnya? Bukankah masih banyak alat modern yang canggih dan praktis?
5. Apakah perbedaan dari alat yang digunakan Bapak dengan alat lainnya?
6. Hambatan seperti apa yang biasanya terjadi saat Bapak berjualan bakso dengan alat itu?
7. Apa saja kelebihan dari alat sederhana itu?
8. Bagaimana cara menggunakannya agar suara yang dihasilkan benar-benar nyaring?
9. Jika alat itu rusak, apakah sulit dalam hal perbaikan?
10. Bagaimana cara untuk membuat alat itu?
11. Bagian apa yang sangat khas dari alat itu sehingga perlu diperhatikan dalam proses pembuatan?
12. Apakah ada syarat-syarat tertentu yang harus diperhatikan saat membuat alat itu?

  Wawancara :

Meme          : “ Permisi, Pak. Bolehkah saya meminta waktunya sebentar? Saya ingin mewawancarai Bapak berkaitan dengan tugas sekolah tentang alat komunikasi yang digunakan Bapak saat berjualan. ”
Pak Winarto : “ Oh iya, silahkan. ”
Meme           : “ Pertama-tama, boleh saya tahu nama Bapak? ”
Pak Winarto : “ Saya Pak Winarto. ”
Meme           : “ Sudah berapa lama Bapak Winarto berjualan bakso keliling dengan nama 'Bakso Galuh'? ”
Pak Winarto : “ Saya berjualan sudah 9 tahun, yah sudah lama. Sebenarnya ini bukan bakso melainkan bakwan. Namun, orang-orang lebih sering mengenalnya dengan bakso. Setiap ada yang membeli pasti awalnya akan memanggil saya dengan teriakan 'Pak, bakso!' ”
Meme          : “ Benar, Pak. Memang sulit untuk membedakan antara bakso dan bakwan. Oh ya, alat apa yang Pak Winarto gunakan saat berjualan sehari-hari? Supaya orang-orang tahu kalau Bapak berjualan bakso. ”
Pak Winarto : “ Saya menggunakan pentungan dari bambu seperti ini yang dapat mengeluarkan suara yang nyaring dan khas sehingga orang-orang dapat mendengarnya. ”
Meme          : “ Oh, jadi begitu. Apa yang Pak Winarto jadikan alasan untuk lebih memilih menggunakan pentungan tradisional itu daripada alat lain yang lebih modern? Bukankah alat modern lebih canggih dan praktis? ”
Pak Winarto : “ Menurut saya sendiri, pentungan ini lebih murah dan ringan. Bahkan saya tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli sebuah alat yang dapat berbunyi karena saya dapat membuatnya sendiri. Lagi pula, pentungan dari bambu juga merupakan ciri khas dari pedagang bakwan yang jelas berbeda dengan pedagang bakso. ”
Meme           : “ Memangnya perbedaan dari pedagang bakwan dengan bakso itu apa? Selain citarasa dari makanannya sendiri. ”
Pak Winarto : “ Kalau pedagang bakwan seperti saya kan menggunakan pentungan dari bambu ataupun alat lain yang terbuat dari bambu dan dapat mengeluarkan suara. Tapi, kalau pedagang bakso, mereka menggunakan mangkuk dengan cara dipukul dengan sendok atau garpu. Untuk suara yang dihasilkan, sama-sama nyaring. ”
Meme           : “ Selama Pak Winarto berjualan bakso dengan menggunakan pentungan dari bambu sebagai media komunikasi dengan pembeli, hambatan seperti apa yang biasanya terjadi? ”
Pak Winarto : “ Untuk selama ini, tidak ada hambatan yang terjadi ditengah-tengah kegiatan saya berjualan. Seperti biasa, orang-orang dapat mendengarnya dan memastikan bahwa saya berjualan bakwan atau baksolah. ”
Meme           : “ Wah, berarti usaha Bapak selama ini lancar-lancar saja! Kalau begitu, apa saja kelebihan yang dimiliki pentungan dari bambu tersebut? ”
Pak Winarto : “ Kelebihannya, ya pentungan ini sebagai ciri khas dari pedagang bakwan yang sudah digunakan dari dulu. Selain itu, lebih ringan, sederhana tapi kuat, dan penggunaannya tidak repot-repot. ”
Meme           : “Mmmm.... Bagaimana cara menggunakan pentungan dari bambu ini sehingga suara yang dihasilkan benar-benar nyaring? ”
Pak Winarto : “ Tinggal dipukul secara berkali-kali dengan tangkai panjang dari bambu ini, tepatnya di tengah pentungannya agar berbunyi keras. Dan juga tidak perlu dipukul terlalu kuat.”
Meme           : “ Lalu jika pentungan dari bambu ini rusak, bagaimana cara memperbaikinya? Apa cukup sulit? ”
Pak Winarto : “ Yah, tidak sulit. Saya bisa membuat yang baru lagi dengan persediaan bambu di rumah. Lagi pula, tidak menghabiskan tenaga. ”
Meme           : “ Bisa dijelaskan proses pembuatan pentungan dari bambu yang Bapak gunakan? ”
Pak Winarto : “ Pertama-tama, siapkan bambu yang tidak terlalu panjang dan dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Lalu, di bagian belakang bambu, dibuat lubang berbentuk persegi panjang tepat di tengah-tengah. Ukurannya terserah. Setelah itu, tinggal dirapikan saja pinggir-pinggir bambu. Dan yang terakhir, jangan lupa tangkai panjang untuk memukul pentungan. Caranya dengan memotong bambu berbentuk panjang dan ramping lalu dirapikan tepinya agar lebih halus. ”
Meme           : “ Oh, begitu. Tapi, apakah ada bagian khusus yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan? ”
Pak Winarto : “ Sebenarnya tidak ada. Mungkin, dalam pembuatan lubang di tengah-tengah bambu yang haris tepat agar suara yang dihasilkan benar. ”
Meme           : “ Apakah ada syarat-syarat tertentu yang tidak boleh dilewatkan saat membuat pentungan tersebut? ”
Pak Winarto : “ Menurut saya tidak ada sama sekali karena pentungan dari bambu ini memang sederhana. ”
Meme           : “ Kalau begitu, terima kasih banyak Pak Winarto untuk bantuannya. Saya minta maaf telah mengganggu waktu Bapak untuk berjualan bakso. Sekali lagi terima kasih. Permisi, Pak. ”
Pak Winarto : “ Iya, sama-sama. ”

          Hasil Wawancara :

Narasumber : Pak Winarto, pedagang bakso keliling
Waktu          : Senin, 8 April 2013
Tempat              : Jalan Supriyadi Gang Jepara II Nomor 10

            Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan alat komunikasi untuk saling berhubungan dengan orang lain. Baik dalam kegiatan mengajar, berdiskusi, maupun berdagang. Seperti Pak Winarto, seorang pedagang bakso keliling, yang telah menekuni usahanya selama 9 tahun dengan nama 'Bakso Galuh'. Beliau menggunakan sebuah alat sebagai media komunikasi dengan orang-orang sehingga mereka dapat  mengetahui tentang keberadaan Pak Winarto.

            Alat yang digunakan oleh Pak Winarto adalah pentungan dari bambu yang dapat berbunyi nyaring. Menurut beliau alat tersebut murah, ringan, sederhana tapi kuat, dan penggunaannya tidak sulit. Serta merupakan ciri khas dari pedagang bakwan yang telah digunakan sejak dahulu.

            Jika diteliti, pedagang bakwan dan pedagang bakso selain berbeda dalam citarasa makanan yang dibuat, juga berbeda dalam hal komunikasinya. Pedagang bakwan menggunakan pentungan atau alat lain yang terbuat dari bambu. Sedangkan, pedagang bakso menggunakan mangkuk yang dipukul secara berulang-ulang dengan sendok atau garpu. Namun, tujuan dari masing-masing alat tetaplah sama, yaitu agar orang-orang tahu mengenai keberadaan mereka.

            Pak Winarto mengakui bahwa selama ini, beliau tidak mengalami suatu hambatan dalam berkomunikasi dengan calon pembeli. Karena suara nyaring dari pentungan bambu sudah dapat didengar meski berada di dalam rumah dan yang terpenting adalah adanya umbal balik atau calon pembeli sudah dapat mengetahui bahwa suara itu berasal dari pedagang bakwan atau masyarakat lebih sering menyebutnya dengan pedagang bakso.

            Dalam penggunaan pentungan dari bambu memang tidaklah sulit. Agar suara yang dikeluarkan dapat berbunyi keras, sebaiknya saat memukul dengan tangkai panjang dari bambu harus tepat di tengah-tengahnya. Jika alat tersebut rusak, Pak Winarto tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar karena beliau dapat membuat yang baru.

            Bahan utama yang harus tersedia saat pembuatan pentungan adalah bambu. Pertama-tama, bambu dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.  Lalu, di bagian belakang bambu, dibuat lubang berbentuk persegi panjang tepat di tengah-tengah dengan ukuran terserah. Setelah itu, pinggir-pinggir bambu dirapikan menggunakan pisau agar tidak melukai tangan saat dipegang. Dan yang terakhir, potong bambu lagi tapi dengan bentuk memanjang dan ramping untuk tangkai panjang pemukul pentungan. Ukurannya bisa dibandingkan seperti stik drum. Untuk pinggirannya juga harus dirapikan.

            Pak Winarto juga menambahkan, sebaiknya saat membuat lubang persegi panjang di bagian belakang bambu, harus tepat. Agar suara yang dihasilkan benar-benar keras dan benar.

          Kesimpulan :

            Setiap manusia pasti menggunakan alat komunikasi untuk saling berhubungan dengan orang lain. Baik dalam hal mengajar, berdiskusi, berdagang, bahkan sampai dunia seni sekaligus yang di dalamnya mengandung pesan tertentu. Tentu saja, alat komunikasi yang digunakan berbeda-beda satu sama lain tapi tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu agar terjadi umbal balik antara orang pertama dengan orang kedua. Artinya orang pertama melakukan tindakan komunikasi dan orang kedua mampu memahami hal tersebut. Sehingga hambatan yang mungkin dapat terjadi, dengan nyata dapat dihindari.

            Media komunikasi sangatlah penting. Contohnya saja pedagang bakwan ataupun bakso. Mereka pasti menggunakan sebuah alat yang mengahasilkan suara agar calon pembeli dapat mengetahui keberadaan mereka. Jika tidak ada alat tersebut, bisa saja mereka berteriak, namun mereka akan cepat lelah dan belum tentu orang-orang yang berada di dalam rumah dapat mendengarnya. Karena karakter suara setiap orang baik intonasi maupun pengucapannya berbeda. Setiap alat komunikasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Teks Pewara / Pranatacara dalam Bahasa Jawa

Tugas SBK : Contoh Nirmana Titik, Garis, Bidang, Gempal, dan Tekstur

Tugas Bahasa Indonesia Memahami Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial “Menjual Sembari Menjaga Nirwana"